Alat ini bisa memprediksi tren indeks Dow Jones hingga tingkat akurasi 87,6 persen.
Bagi kebanyakan orang, kicauan di Twitter mungkin hanya sekadar menjadi alat untuk menyampaikan pendapat dan mengekspresikan diri.
Namun, para ilmuwan berhasil memanfaatkan Twitter bisa menjadi alat yang cukup andal untuk memprediksi kondisi pasar saham.
Baru-baru ini, peneliti di bidang Computational Social dari Indiana University-Bloomington, Johan Bollen dibantu mahasiswa bernama Huina Mao berhasil menemukan korelasi dari mood orang-orang di Twitter dengan pergerakan saham di Wall Street.
Hasilnya, mereka bisa memprediksi indeks Dow Jones dengan tingkat akurasi yang mendekati 90 persen. "Kami bisa mencapai tingkat akurasi 87,6 persen dalam memprediksi kenaikan dan penurunan harian dari penutupan indeks Dow Jones Industrial Average," kata Johan Bollen dikutip oleh situs Physorg.com.
Bollen dan timnya mengambil sampel 9,7 juta tweet yang diposting oleh 2,7 juta pengguna Twitter antara Maret hingga Desember 2008. Berbekal sebuah tool penjejak mood berbasis open source yang bernama OpenFinder, Bollen memilah-milah tweet menjadi positif dan negatif berdasarkan kata-kata yang terkandung di tweet tersebut.
Kemudian, ia menggunakan tool psikologi standar bernama Profile of Mood States, yakni sebuah kuesioner singkat yang biasanya digunakan pada riset obat-obatan.
Kuesioner itu mencocokkan 72 ajektiva berbeda, misalnya 'bersahabat', 'menjengkelkan', aktif, cemas, atau panik, untuk merespons pengukuran mood ke dalam enam dimensi, yakni kebahagiaan, kebaikan, kesiagaan, kepastian, vitalitas, dan ketenangan.
Setelah itu, mereka mengecek mood-mood tadi dengan berbagai momentum penting. Pada sehari sebelum ajang pemilihan presiden Amerika Serikat 2008, misalnya, tweet-tweet Twitter terkesan gelisah. Namun, tweet-tweet cenderung lebih tenang, lebih senang, dan lebih baik pada hari H pemilihan.
Setelah itu, hasil dibandingkan dengan indeks Dow Jones Industrial Average. Ternyata, salah satu emosi, yaitu ketenangan, secara mengejutkan cocok dengan dinamika kondisi indeks saham DJIA.
Bollen sendiri tak mengerti mengapa hal itu terjadi. Tapi cukup logis untuk mengasumsikan bahwa mood orang-orang kemudian juga berimbas pada beberapa investasi mereka. Selain itu, sebelumnya, peneliti juga menemukan cara untuk memprediksi film box office melalui tweet di Twitter.
Namun, ada juga kelemahan dari riset ini. Pertama, mekanisme masuk akal yang bisa menjelaskan mengapa indeks ketenangan bisa mempengaruhi DJIA hingga enam hari ke depan. Selain itu, feed Twitter yang dikumpulkan Bollen merupakan tweet global, sementara Bollen menghubungkannya dengan indeks saham yang lokal.
Setidaknya penelitian ini cukup menarik. Sebab, bila penelitian ini bisa terbukti benar, barangkali Twitter bisa menjadi alat bagi Bollen dan timnya untuk meraup untung lewat pasar saham.
Sumber : vivanews.com
No comments:
Post a Comment